Makalah
Objek Pendidikan
Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata
kuliah Tafsir Tarbawi
Dosen :
![]() |
Disusun
oleh :
Muhammad
Abdul Rojak (1210 2010 69)
Muhibbah
Rohmaniah (1210 2010 72)
Santika
(1210
2010 96)
Azizah
(q1qqqqqq210)
Jurusan
Kependidikan Islam
Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan
UIN
Sunan Gunug Djati
Bandung
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pasti
dalam sebuah pendidikan tentunya terdapat sebuah subyek, obyek dan
sarana-sarana lain yang sekiranya dapat membantu terselenggaranya sebuah
pendidikan. Allah swt telah memerintahkan kepada Rasul-Nya yang mulia, di dalam
ayat-ayat yang jelas ini, agar dia member peringatan kepada keluarga dan sanak
kerabatnya kemudian kepada seluruh umat manusia agar tidak seorangpun yang
berprasangka jelek kepada nabi, keluarga dan sanak kerabatnya.
Jika sia memulai dengan memberikan
peringatan kepada keluarga dan sanak kerabatnya, maka hal itu akan lebih
bermanfaat danseruannya akan lebih berhasil. Allah juga menyuruh agar bersikap
tawadhu kepada pengikut-pengikutnya yang beriman, bersikap baik kepada mereka,
dan ikut menangguna kesusahan yang mereka mau menerima nasehat.
Dalam makalah ini akan sedikit membahas
terkait dengan objek pendidikan berdasarkan Al-Qur’an, yang terkandung dalam
QS. At- Tahrim Ayat 6, Asy-Syu’araa Ayat 214, At-Taubah ayat 122 dan An-Nisaa
ayat 170
B.
Rumusan
Masalah
1.
Siapakah
obyek pendidikan berdasarkan QS. At-Tahrim ayat 6 ?
2.
Siapakah
obyek pendidikan berdasarkan QS. Asy-Syu’ara ayat 214 ?
3.
Siapakah
obyek pendidikan berdasarkan QS. At-Taubah ayat 122 ?
4.
Siapakah
obyek pendidikan berdasarkan QS. An-Nisa ayat 170 ?
C.
Tujuan
Pembahasan
1.
Untuk
mengetahui obyek pendidikan berdasarkan QS. At-Tahrim Ayat 6.
2.
Untuk
mengetahui obyek pendidikan berdasarkan QS. Asy-Syu’araa Ayat 214.
3.
Untuk
mengetahui obyek pendidikan berdasarkan QS. At-Taubah Ayat 122.
4.
Untuk
mengetahui obyek pendidikan berdasarkan QS. An-Nisaa Ayat 170.
BAB II
PEMBAHASAN
OBJEK
PENDIDIKAN BERDASARKAN AL-QUR’AN
Dalam
sebuah pendidikan tentunya terdapat ilmu pengetahuan, adanya tujuan pendidikan,
subjek pendidikan, metode pengajaran dan tentunya terdapat objek pendidikan
pula. Dalam objek pendidikan telah terserat dalam Al-Quran, yaitu dalam surat
At-Tahrim ayat 6, Asy-Syu’araa ayat 214, At-Taubah ayat 122 dan An-Nisa ayat
170.
1.
QS. At-tahrim ayat 6
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pkön=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâxÏî ×#yÏ© w tbqÝÁ÷èt ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur $tB tbrâsD÷sã ÇÏÈ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan. ( QS. At-Tahrim : 6 )
Dalam ayat ini
terdapat lafadz perintah berupa فعل أمر yang secara langsung dan tegas, yakni lafadz
قوا (peliharalah/jagalah), hal ini dimaksudkan
bahwa kewajiban setiap orang Mu’min salahsatunya adalah menjaga dirinya sendiri
dan keluarganya dari siksa neraka.
Dalam tafsir Jalalain
proses penjagaan tersebut adalah dengan pelaksanaan perintah taat kepada
Allah swt. Merupakan tanggung jawab setiap manusia untuk menjaga dirinya
sendiri, serta keluarganya yang nanti akan dimintai pertanggungjawabannya.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw.
“Dari Ibnu Umar ra. Berkata: saya mendengar Rosululloh SAW.
Bersabda: Setiap dari kamu adalah pemimpin, dan setiap dari kamu akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan
ditanyai atas kepemimpinannya, orang laki-laki adalah pemimpin dalam
keluarganya dan akan ditanyai atas kepemimpinannya (HR. Bukhary-Muslim).
Diriwayatkan bahwa ketika ayat ke 6 ini turun, Umar berkata:
"Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan bagaimana menjaga
keluarga kami?" Rasulullah SAW. menjawab: "Larang mereka mengerjakan
apa yang kamu dilarang mengerjakannya dan perintahkanlah mereka melakukan apa
yang Allah memerintahkan kepadamu melakukannya. Begitulah caranya meluputkan
mereka dari api neraka. Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras
yang pemimpinnya berjumlah sembilan belas malaikat, mereka dikuasakan mengadakan
penyiksaan di dalam neraka, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepadanya.
Maka jelas bahwa tugas manusia tidak
hanya menjaga dirinya sendiri, namun juga keluarganya dari siksa neraka. Untuk
dapat melaksanakan taat kepada Allah SWT, tentunya harus dengan menjalankan
segala perintahNya, serta menjauhi segala laranganNya. Dan itu semua tak akan
bisa terjadi tanpa adanya pendidikan syari’at. Maka disimpulkan bahwa keluarga
juga merupakan objek pendidikan.
Dilihat
dari ayat itu sendiri terdapat hubungan antar kalimat (munasabah), bahwa
manusia diharapkan seperti prilaku malaikat, yakni mengerjakan apa yang
diperintah Allah SWT. Tafsiran: ayat ini menerangkan tentang ultimatum kepada
kaum mu’minin (diri dan keluarganya) untuk tidak melakukan kemurtadan dengan
lidahnya, meskipun hatinya tidak.
Kesimpulan: ayat ini menunjukkan perintah untuk menjaga diri dan
keluarga dari api neraka dan merupakan tarbiyah untuk diri sendiri dan
keluarga.
2.
QS.
Asy-Syu’araa Ayat 214
öÉRr&ur y7s?uϱtã úüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ
Artinya : dan berilah
peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, (QS. Asy –Syu’araa : 214)
Sesuai
dengan ayat sebelumnya (QS. At Tahrim: 6) bahwa terdapat perintah langsung
dengan fi’il amar (berilah peringatan). Namun perbedaannya adalah tentang
objeknya, dimana dalam ayat ini adalah kerabat-kerabat.
الأقربين mereka adalah Bani Hasyim dan Bani Mutalib, lalu Nabi saw.
memberikan peringatan kepada mereka secara terang-terangan; Demikianlah menurut
keterangan hadis yang telah dikemukakan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Namun
hal ini bukan berarti khusus untuk Nabi SAW saja kepada Bani Hasyim dan
Muthollib, tetapi juga untuk seluruh umat Islam. Sebab sesuai kaidah ushul
fiqh: ”...dengan umumnya lafadz, bukan dengan khususnya sebab”.
Dilihat
dari munasabah ayat, selanjutnya terdapat ayat ke-215: ”Dan rendahkanlah dirimu
terhadap orang-orang yang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman”
(QS. Asy-Syu’araa: 215). Jadi perintah ini juga berlaku untuk seluruh umat Islam.
Asbab nuzul ayat
ini, Ketika ayat ini turun Rasulullah SAW bersabda: “Wahai Bani Abdul Muthalib,
demi Allah aku tidak pernah menemukan sesuatu yang lebih baik di seluruh bangsa
Arab dari apa yang kubawa untukmu. Aku datang kepadamu untuk kebaikan di dunia
dan akhirat. Allah telah menyuruhku mengajakmu kepada-Nya. Maka, siapakah di
antara kamu yang bersedia membantuku dalam urusan ini untuk menjadi saudaraku
dan washiku serta khalifahku?” Mereka semua tidak bersedia kecuali Ali bin Abi
Thalib. Di antara hadirin beliaulah yang paling muda. Ali berdiri seraya
berkata: “Aku ya, Rasulullah Nabi. Aku (bersedia menjadi) wazirmu dalam urusan
ini”. Lalu Rasulullah SAW memegang bahu Ali seraya bersabda: “Sesungguhnya Ali
ini adalah saudaraku dan washiku serta khalifahku terhadap kalian. Oleh karena
itu, dengarkanlah dan taatilah ia.” Mereka tertawa terbahak-bahak sambil
berkata kepada Abu Thalib: “Kamu disuruh mendengar dan mentaati anakmu”. Umat
Islam adalah saudara bagi yang lain, maka harus saling mendidik dan menasehati.
Sebagaimana sabda Nabi SAW: “ Dari Jarir Ibn Abdillah ra. Berkata: Saya
bersumpah setia kepada Rosululloh SAW untuk mendirikan sholat, menunaikan
zakat, dan menasehati kepada setiap muslim”. (HR. Bukhory-Muslim). Maka
kerabat-kerabat kita terdekat merupakan juga objek dakwah dan tarbiyah.
3.
QS. At-Taubah ayat 122
* $tBur c%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuÏ9 Zp©ù!$2 4 wöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuÏj9 Îû Ç`Ïe$!$# (#râÉYãÏ9ur óOßgtBöqs% #sÎ) (#þqãèy_u öNÍkös9Î) óOßg¯=yès9 crâxøts ÇÊËËÈ
Artinya
: tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya. (QS. At-Taubah ayat 122)
Dalam ayat ini juga terdapat dua
lafadz فعل أمر yang disertai dengan لام أمر, yakni (supaya mereka memperdalam ilmu
agama) dan lafadz (supaya mereka memberi
peringatan),yang berarti kewajiban untuk belajar dan mengajar.
Adapun
proses belajar dan mengajar sangat dianjurkan oleh Nabi SAW. Sabda beliau: ”Dan
darinya (Abu Hurairah ra. Sesungguhnya Rosululloh SAW bersabda: Barangsiapa
yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala orang yang mengikutinya
tidak dikurangi sedikitpun dari padanya. (HR. Muslim).
Asbab
Nuzulnya
adalah Tatkala kaum Mukminin dicela oleh Allah bila tidak ikut ke medan perang
kemudian Nabi saw. mengirimkan sariyahnya, akhirnya mereka berangkat ke medan
perang semua tanpa ada seorang pun yang tinggal, maka turunlah firman-Nya
berikut ini: Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi ke medan
perang semuanya. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan suatu kabilah di
antara mereka beberapa orang beberapa golongan saja kemudian sisanya tetap
tinggal di tempat untuk memperdalam pengetahuan mereka yakni tetap tinggal di
tempat mengenai agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya dari medan perang, yaitu dengan mengajarkan
kepada mereka hukum-hukum agama yang telah dipelajarinya supaya mereka itu
dapat menjaga dirinya dari siksaan Allah, yaitu dengan melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sehubungan
dengan ayat ini Ibnu Abbas r.a. memberikan penakwilannya bahwa ayat ini
penerapannya hanya khusus untuk sariyah-sariyah, yakni bilamana pasukan itu
dalam bentuk sariyah lantaran Nabi saw. tidak ikut. Sedangkan ayat sebelumnya
yang juga melarang seseorang tetap tinggal di tempatnya dan tidak ikut
berangkat ke medan perang, maka hal ini pengertiannya tertuju kepada bila Nabi
saw. berangkat ke suatu ghazwah.
Kesimpulan: maka tidak sepatutnya seluruh kaum muslimin pergi
berperang (jihad), namun harus ada juga yang harus belajar dan mengajar. Sebab
proses tarbiyah sangat pentingbagi kukuhnya Islam. Rosul SAW bersabda
(artinya): ”Di hari kiamat kelak tinta yang digunakan untuk menulis oleh para
ulama akan ditimbang dengan darah para syuhada (yang gugur di medan perang)”
(HR. Syaikhani).
4.
QS. An-Nisaa ayat 170
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# ôs% ãNä.uä!$y_ ãAqß§9$# Èd,ysø9$$Î/ `ÏB öNä3În/§ (#qãZÏB$t«sù #Zöyz öNä3©9 4 bÎ)ur (#rãàÿõ3s? ¨bÎ*sù ¬! $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 tb%x.ur ª!$# $·KÎ=tã $VJÅ3ym ÇÊÐÉÈ
Artinya : Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu
kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, Maka berimanlah kamu, Itulah
yang lebih baik bagimu. dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak
merugikan Allah sedikitpun) karena Sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi
itu adalah kepunyaan Allah[382]. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.(QS. An-Nisaa : 170)
[382] Allah yang mempunyai segala yang di langit dan di bumi tentu saja
tidak berkehendak kepada siapapun karena itu tentu saja kekafiranmu tidak akan
mendatangkan kerugian sedikitpun kepada-Nya.
Dalam
ayat ini Allah menyeru kepada manusia untuk beriman, sebab sudah ada Rosul
(Nabi Muhammad SAW) yang diutus untuk membawa syari’at yang benar.
Dalam
tafsir disebutkan bahwa lafadz An Naas pada saat turunnya ayat adalah kepada
ahli kafir Mekah. Adapun manusia, karena adanya kesamaan jenis, ukhuwah
basyariyyah, maka dakwah dan tarbiyah kepada non muslim pun harus tetap
dilakukan, tentunya dengan jalan yang baik.
Nabi
SAW bersabda:”Dari Abdullah Ibn ’Amr Ibn Al Ash ra. Berkata, sesungguhnya Nabi
SAW besabda: Sampaikanlah dariku walau satu ayat.....” (HR. Bukhori).
Kesimpulan: Maka manusia baik yang muslim maupun non muslim
merupakan objek dakwah dan tarbiyah. Namun disini perlu diluruskan, bahwa
proses dakwah dan tarbiyah tidak harus dengan kekerasan dan perang, tetapi
dengan jalan yang hikmah, mauidzoh hasanah, dan argumen yang bertanggung jawab.
BAB
III
KESIMPULAN dan PENUTUP
1.
Dalam
QS. At-Tahrim Ayat 6 ini menunjukan perintah untuk menjaga diri dan keluarga
dari api neraka dan merupakan tarbiyah untuk diri sendiri dan keluarga.
2.
Dalam
QS. Asy-Syu’araa ayat 214 menunjukan yang menjadi obyek pendidikan dalam ayat
ini diutamakan adalah kerabat terdekat dari kita dan orang-orang yang dekat
kepada azab Allah swt.
3.
Dalam
QS. At-Taubah ayat 122 menunjukan yang menjadi obyek pendidikan adalah lebih
khusus yakni sebagian dari orang-orang mukmin.
4.
Dalam
QS. An-Nisaa ayat 170 menunjukan yang menjadi obyek pendidikan adalah seluruh
manusia baik yang muslim maupun non muslim merupakan objek dakwah dan tarbiyah.
Namun disini perlu diluruskan, bahwa proses dakwah dan tarbiyah tidak harus
dengan kekerasan dan perang, tetapi dengan jalan yang hikmah, mauidzoh hasanah,
dan argumen yang bertanggung jawab.
Demikian
makalah yang kami buat mudah-mudahan ada guna dan manfaatnya khususnya bagi kami umumnya bagi
pembaca. Dan kami menyadari bahwasannya dalam tulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya oleh sebab itu kami meminta maaf dengan sebesar-besarnya dan
minta kritikan dan saran yang mendukung untuk lebih baik, agar tulisan yang
akan datang lebih baik lagi. Sekian dan terima kasih
Daftar Pustaka
-
Depag
RI. 2000.Al Quran dan Terjemahannya, Edisi Baru. Surabaya: CV Karya Utama
-
Hadhiri,
Choiruddin. 1995. Klasifikasi Kandungan Al Quran. Jakarta: Gema Insani Press
-
Ashiddiqy
Muhammad Hasbi,2000.Tafsir Al Qur’anul Majid An Nuur.Semarang: PT Pustaka Rizki
Putra
-